Kamis, 16 Oktober 2014

TUGAS MAKALAH

                                                                 BAB  1

                                                         PENDAHULUAN
1 .1 Landasan Teori

       Untuk memenuhi kebutuhan manajemen, penggunaan informasi akuntansi  pada pertanggungjawaban dalam penilaian kinerja manajer sangatlah penting. Karena penilaian kinerja pada dasarnya merupakan penilaian perilaku manusia dalam pelaksanaan peran yang dimainkannya dalam mencapai tujuan organisasi, maka aspek perilaku dalam penilaian kinerja menjadi dominan. Untuk menunjukan manfaat informasi akuntansi pertanggungjawaban dalam penilaian kinerja , ukuran kerja berbagai tipe pusat pertanggungjawaban dengan berbagai permasalahannya.
     Karena organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia, maka peenilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan di dalam organisasi. Oleh karena itu, jika informasi akuntansi di pakai sebagai salah satu dasar penilaian kinerja, maka informasi akuntansi yang memenuhi kebutuhan tersebut adalah informasi akuntansi manajemen yang di hubungkan dengan individu yang memiliki peran tertentu dalam organisasi.

1.2 Manfaat dan Tujuan
  a. Manfaat
       Manfaat dari penulisaan makalah ini adalah;
        Menambah pengetahuan yang berkaitan dengan hal- hal seperti;
-        Membantu manajer dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan karyawan
-        Penyusunan program  
  b. Tujuan
       Adapun tujuannya juga yaitu;
-        Menambah pengetahuan dalam ilmu akuntansi
-        Membuka wawasan tentang penggunaan informasi akuntansi pertanggungjawaban dalaam penilaian kinerja manajer
-        Memberikan solusi dalam pemecahan masalah yang di hadapi seorang manajer terhadap karyawaannya
















                                                                     BAB 2
                                                             PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Penilaian Kinerja
         Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah di terapkan sebelumnya.
Tujuan pokok penilaian kinerja  adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakaan dan hasil yang diinginkan.
        Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang di tuangkan dalam anggaran. Penilaian kinerja di lakukan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang  dan menegakkan perilaku yang sestinya di inginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik.
2.2 Manfaat penilaian Kinerja
         Penilaiaan kinerja di maanfaatkan oleh manajemen untuk;
1.      Mengelolah operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum.
2.      Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan , seperti; promosi, transfer, dan pemberhentian.
3.      Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
4.      Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana mereka menilai kinerja mereka.
5.      Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
2.3 Tahap Penilaian Kinerja
         Penilaian kinerja dilaksanakan dalam dua tahap utama yaitu; tahap persiapan dan tahap penilaian.

-Tahap persiapan terdiri dari tiga tahap rinci yaitu;
1.      Penentuan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang mempertanggung jawab.
2.      Penentuan kriteria yang di pakai untuk mengukur kinerja.
3.      Pengukuran kinerja yang sesungguhnya.

-   Tahap penilaian terdiri dari tiga tahap rinci yaitu;
       1. Pembandingan kinerja sesungguhnya dengan sasran yng telah di tetapkan         sebelumnya.
       2. Penentuan penyebab timbulnya penyimpangan kinerja sesungguhnya dari yang di tetapkan dalam standar.
       3. Penegakkan perilaku yang diinginkan dan tindakan yang di gunakan untuk mencegah perilaku yang tidak diinginkan.







a. Penentuan Daerah Pertanggungjawaban dan Manajer yang Bertanggung jawab.
        Penilaian kinerja harus di awali dengan penetapan garis batas tanggung jawab yang jelas bagi manajer yang akan di nilai kinerjanya. Batas tanggung jawab yang jelas ini di pakai dasar untu menetapkan sasaran atau standar yang harus di capai oleh manajer yang akan di ukur kinerjanya. Dengan batas tanggung jawab dan sasaran yang jelas sesorang akan dengan mudah di nilai kinerjanya.

b. Kriteria Penetapan Tanggung Jawab
        Untuk memotivasi manajer secara efektif, tanggung jawab yang di bebankan kepada manajer harus memenuhi kriteria berikut ini;
1.      Tanggung jawab harus konsisten dengan wewenang yang di miliki oleh manajer atas pendapatan dan biaya.
2.      Batas tanggung jawab harus teliti dan adil.
3.      Untuk mengembangkan pengendalian oprasional, daerah pertanggungjawaban yang di bebankan kepada seorang manajer harus diukur efisiensi dan efektivitasnya dalam pemenuhan tugas khusus tertentu.
4.       Kriteria evaluasi kinerja yang di plih harus sesuai dengan ruang lingkup tanggung jawab yang di bebankan kepada manajer.

c. Tipe Pusat Pertanggungjawaban
        Pusat pertanggungjawaban suatu unit organisasi yang di pimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab. Suatu pusat pertanggungjawaban dapat di pandang sebagai suatu sistem yang mengelolah masukan menjadi keluaran.
Gambar di bawah ini melukiskan suatu pusat pertanggungjawaban sebagai suatu sistem.

                                              
                                                        Pusat Pertanggungjawaban
 



                          Masukan                                                               Keluaran
                                                                      Proses
           Masukan x Harga= Biaya                                                 Keluaran x Harga =Pendapatan



      










       Hampir semua masukan suatu pusat pertanggungjawaban dapat di ukur secara kuntitatif, namun tidak semua keluaran pusat pertanggungjawaban di ukur secara kuntitatif.
Ada empat kemungkinan hubungan masukan dan keluaran pusat pertanggungjawaban;
1.      Masukan pusat pertanggungjawaban hubungan nyata (real) dengan keluaraannya.
2.      Masukan pusat pertanggungjawaban mempunyai hubungan artifisial atau semu dengan keluarannya.
3.      Masukan pusat pertanggungjawaban mempunyai hubungan erat dengan keluarannya.
4.      Masukan pusat pertanggungjawaban mempunyai hubungan tidak erat dengan keluarannya.

      Kombinasi hubungan masukan dan keluaran sperti yang telah di uraikan mengakibatkan empat golongan pusat pertanggungjawaban sebagai berikut;
1.      Pusat pertanggungjawaban yang sebagian besar biayanya merupakan biaya variabel teknik (engineered variable costs). Masuka dan keluaran pusat pertanggungjawaban ini mempunyai hubungan yang erat dan nyata.
2.      Pusat pertanggungjawaban yang sebagian besar biayanya merupakan biaya commited fixed costs. Masukan dan keluaran mempunyai hubungan nyata dan tidak erat.
3.      Pusat pertanggungjawaban yang sebagian besar biayanya merupakan biaya discretionary variable costs. Masukan dan keluaran pusat pertanggungjawaban ini mempunyai hubungan artifisial dan erat.
4.      Pusat pertanggungjawaban yang sebagian besar biayanya merupakan discretionary fixed costs. Masukan dan keluaran pusat pertanggungjwaban ini mempunyai hubungan artifisial dan tidak erat.

d. Karakteristik Pusat Pertanggungjawaban
       Pusat biaya adalah pusat pertanggungjwaban yang manajernya di ukur prestasinya atas dasar biaya (nilai masukannya). Setiap pusat pertanggungjawaban mengkonsumsi masukan dan menghasilkan keluaran.
Pusat pendapatan adalah pusat pertanggungjawaban yang manjernya diberikan wewenang untuk mengendalikan pendapatan pusat pertanggungjawaban tersebut.
      Berdasarkan karakteristik hubungan antara masukan dan keluarannya, pusat biaya di bagi lebih lanjut menjadi pusat biaya teknik dan pusat biaya kebijakan. Pusat biaya teknik adalah pusat pertanggungjawaban yang sebagian besar masukannya mempunyai hubungan yang nyata dan erat dengan keluarannya. Sedangkan pusat biaya kebijakan adalah pusat pertanggungjawaban yang sebagian besr masukannya tidak mempunyai hubungan dengan keluarannya.
Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang manajernya di beri wewenang untuk mengendalikan pendapatan dan biaya pusat pertanggungjwaban tersebut. Oleh karena itu dalam pusat laba baik masukan maupun keluarannya, di ukur dalam satuan rupiah untuk menghitung laba, yang di pakai sebagai pengukur kinerja manajernya.


   
    Pada kenyataannya, pusat laba tidak di ukur kinerjanya dengan laba saja. Tanpa menghubungkan laba dengan investasi yang di gunakan untuk menghasilkan laba, kinerja pusat laba tidak akan tercermin dari ukuran kinerja tersebut. Oleh karena itu, pusat laba dan pusat investasi pada dasarnya adalaah sama. Kedua tipe pusat pertanggungjawaban tersebut di ukur kinerjanya dari kemampuannya dalam menghasilkan laba dari investasi yang di tanamkan dalam pusatpertanggungjawaban tersebut.
Pusat investasi adalah pusat laba yang manajernya di ukur prestasinya dengan menghubungkan laba yang di peroleh pusat pertanggungjawaban tersebut dengan investasi yang bersangkutan. Ukuran prestasi manajer pusat investasi dapat beruparatio antara laba dengan investasi yang di gunakan untuk memperoleh laba tersebut. Ukuran ini di sebut dengan kembalian investasi (return on investment), yang rumus hitungannya adalah; LABA/investasi.

e. Penetapan Krtiteria Kinerja bagi Setiap Pusat Pertanggungjawaban
      Dalam menetapkan kriteria kinerja manajer, berbagi faktor berikut ini harus di pertimbangkan sebelumnya, yakni;
1.      Dapat di ukur atau tidaknya kriteria.
2.      Rentang waktu dan sumber daya dan biaya.
3.      Bobot yang di perhitungkan atas kriteria.
4.      Tipe kriteria yang di gunakan dan aspek perilaku yang di timbulkan.

Laporan kinerja harus memenuhi beberapa persyaratan berikut untuk menghasilkan perilaku yang fungsional;
1.      Laporan kinerja untuk manajer tingkat bawah harus berisi informasi yang rinci, dan laporan kinerja untuk manajer tingkat di atasannya harus berisi informasi yang lebih ringkas .
2.      Laporan kinerja harus berisi unsur terkendalikan dan tidak terkendalikan yang di sajikan terpisah, sehingga manajer yang bertanggung jawab atas kinerja di mintai pertanggungjawaban atas unusur yang terkendalikan olehnya.
3.      Laporan kinerja harus mencakup penyimpangan, baik menguntungkan maupun merugikan.
4.      Laporan kinerja sebaiknya di terbitkan  paling tidak sebulan sekali.
5.      Laporan kinerja harus di sesuaikan dengan kebuthan dan pengalaman pemakai.
6.      Penyajian laporan kinerja sebaiknya memperhatikan kemampuan penerima dalam memahami laporan tersebut.










                                                          
2.4 Ukuran Kinerja
        Ada tiga macam ukuran kinerja yaitu;
a.      Ukuran kriteria tunggal (single criterion)
b.      Ukuran kriteria beragam (multiple criteria)
c.      Ukuran kriteria gabungan (composite criteria

2.5 Penilaian Kinerja Pusat Pendapatan
       Masalah akan timbul jika pusat pendapatan mentransfer produk atau jasanya kepada pusat pertanggungjawaban lain dalam perusahaan. Masalah yang timbul adaalah apakah pendapatan dari transfer produk atau jasa ke pusat pertanggungjawaban lain dalam perusaahaan tersebut di perhitungkan sebagai pendapatan pusat laba pada harga transfer berapa harga di perhitungkan sebagai beban pusat pertanggungjawaban yang menerima transfer.
      Untuk pengukuran kinerja pusat pendapatan, seluruh pendapatan, baik yang berasal dari transaksi penjualan produk atau jasa kepada pihak luar perusahaan maupun dari transfer produk atau jasa kepada pihak luar perusahaan maupun dari transfer produk atau jasa kepada pusat pertanggungjawaban lain dalam perusahaan, di pakai sebagai tolak ukur kinerja manajer pusat pendapatan.

2.6 Penilaian Kinerja Pusat Biaya
       Masalah yang timbul dalam penggunaan biaya sebagai ukuran kinerja manajer pusat biaya adalah;
a.      Masalah perilaku biaya.
b.      Masalah hubungan biaya dengan pusat biaya.
c.      Masalah jangka waktu.
d.      Masalah tanggung jawab ganda.

2.7 Penilaian Kinerja Pusat Laba

~ Kembalian Investasi (Return on Investment)
     Kembalian investasi  merupakan perbandingakan laba dengan investasi yang di gunakan untuk menghasilkan laba.
Formula untuk menghitung kembalian investasi sebagai berikut;

1.        ROI = LABA / INVESTASI
2.        ROI = PENDAPATAN / INVESTASI  X LABA /PENDAPATAN


   Dalam menggunakan kembalian investasi sebagai ukuran kinerja, di perlukan kebijakan manajemen yang bersangkutan dengan;
1.      Penentuan komponen yang di gunakan untuk menghitung laba.
a.      Komponen pendapatan.
b.      Komponen biaya.
2.      Penentuan aktiva yang di perhitungkan ke dalam investment base.
3.      Pengukuran nilai aktiva, yang di perhitungkan ke dalam investment base.


   Berikut ada beberapa uraian bagaimana memperhitungkan unsur aktiva ke dalam investment base;
a.      Kas
b.      Piutang
c.      Sediaan
d.      Aktiva tetap

  Banyak masalah yang timbul dalam memperhitungkan aktiva tetap ke dalam investment base.Masalah- masalah tersebut meliputi;
a.      Nilai yang di gunakan untuk memperhitungkan aktiva tetap ke dalam investment base.
b.      Perlakuan terhadap aktiva tetap yang di sewa guna usaha (leased assets).
c.      Perlakuan terhadap aktiva tetap yang menganggur (idle assets).
d.      Perlakuan terhadap aktiva tetap yang investasinya berasal dari utang jangka panjang.

~ Manfaat Kembalian Investasi sebagai Pengukur Kinerja
1.      Kembalian investasi mendorong manajer pusat laba menaruh perhatian yang seksama terhadap hubungan antara  pendapatan, penjualan, biaya, dan investasi.
2.      Kembalian investasi mendorong manajer pusat laba melaksanakan efisiensi biaya.
3.      Kembalian investasi mencegah manajer pusat laba melakukan investasi yang berlebihan di dalam pusat laba yang di pimpinnya.

~ Kelemahan Kembalian Investasi Sebagai Pengukur Kinerja
1.      Kembalian investasi tidak mendorong manajer pusat laba untuk melakukan investasi dalam proyek yang akaan berakibat menurunkan kembalian investasi pusat laba, meskipun proyek tersebut menaikkan profitabilitas perusahaan sebagai keselurahan.
2.      Kembalian investasi mengakibatkan manajer pusat laba memusatkan perhatiannya kepada sasaran jangka pendek dengan mengorbankan sasran jangka panjang.
3.      Kembalian investasi sebagai pengukur kinerja pusat laba sangat di pengaruhi oleh metode depresiasi aktiva tetap.

2.8   Produktivitas Sebagai Pengukur Kinerja
a.      Defenisi Produktivitas
    Produktivitas berhubungan dengan produksi keluaran secara efisien dan terutama di tujukan kepada hubungan antara masukan dan keluaran yang di gunakan untuk menghasilkan keluaran tersebut.
Pengukuran produktivitas di lakukan dengan mengukur perubahan produktivitas sehinnga dapat di lakukan penilaian terhadap usaha untuk memperbaiki produktivitas. Pengukuran produktivitas dapat bersifat prospektif dan berfungsi sebagai masukan untuk pengambilan keputusan strategik.
           
                   

b.      Produktivitas Parsial
c.      Pengukuran Perubahan Produktivitas dengan Ukuran Produktivitas Parsial

~ Kelebihan Produktivitas Parsial
1.      Memungkinkan manajer untuk memusatkan usahanya terhadap penggunaan masukan tertentu saja.
2.      Memudahkan karyawan operasional menentukan kinerja produktivitasnya.
3.      Untuk kepentingan pengendalian operasional,seringkali standar kinerja bersifat jangka pendek, yang di ukur dengan membandingkan produktivitas parsial batch sekarang dengan batch sebelumnya.

~ Kelemahan Produktivitas Parsial
1.      Pengunaan produktivitas parsial secara terpisah sebagai ukuran kinerja dapat menyesatkan.


d.      Produktivitas Total
   Pengukuran produktivitas total dapat di lakukan dalam dua kondisi yaitu tanpa adanya pertukaran produktivitas antarmasukan dan dengan memperhitungkan adanya pertukaran produktivitas antarmasukan.
-        Perubahan produktivitas tanpa pertukaran
-        Ukuran produktivitas total dengan mempertimbangkan pertukaran ( trade-off)
-        Perhitungan kuantitas masukan tahun kini jika tdak ada perubahan produktivitas
-        Price-Recovery Compenent

2.9   Aspek Perilaku Dalam Penilaian Kinerja Dengan Menggunakan Informasi Akuntansi

                  Kemungkinan orang memberikan reaksi yang merugikan dengan di sajikannya data kinerja mereka dalam ukuran akuntansi. Dengan alasannya yaitu;
1.      Hubungan antara struktur organisasi dengan struktur pelaporan keuangan
2.      Tingkat partisipasi dalam penetapan standar
3.      Tingkat pemahaman manajemen terhadap informasi akuntansi dan sistem akuntansi.












                                          BAB 3
                                      PENUTUP

3.1   Kesimpulan
       Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas opersional suatu organisasi, bagian organisasi,dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah di tentukan sebelumnya. Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah di tetapkan sebelumnya, agar dapat membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan.
      Penilaian kinerja bermanfaat untuk mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum, membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti; promosi, transfer, dan pemberhentian, mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan, menyediakan umpan balik bagi karyawan  mengenai bagaimana atasannya menilai kinerja mereka, menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.




























                                  KATA PENGANTAR


       Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul” PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN DALAM PENILAIAN KINERJA MANAJER” dengan baik.
     
     Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada ibu NURASMA SE,MM selaku dosen mata kuliah AKUNTANSI MANAJEMEN yang senantiasa membimbing kami dalam  proses penyelesaian makalah ini. Kami harap dengan adanya pembuatan makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai pembahasan yang yang kami sampaikan.

     Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari titik kesempurnaan, di karenakan kami juga masih dalam proses belajar, untuk itu kami menerima  segala kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan penyempurnaan selanjutnya.

     Akhir kata kami ucapkan terimakasih dan semoga bermanfaat.













                                                                                      Jakarta, Agustus 2014






                                                                                           Kelompok IX





MAKALAH PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN
                             DALAM PENILAIAN KINERJA MANAJER


                      

 




















                                           Nama- nama kelompok IX;
1.      Sabina G. Da’Costa
2.      Yustina A. Bani
3.      Oktofianus Nepsa
4.      Opianus A.Haumetan



SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI GANESHA
TAHUN AJARAN 2013/2014









                                                                                                         







Tidak ada komentar:

Posting Komentar