BAB 1
PENDAHULUAN
1 .1 Landasan Teori
Untuk memenuhi kebutuhan manajemen,
penggunaan informasi akuntansi pada pertanggungjawaban
dalam penilaian kinerja manajer sangatlah penting. Karena penilaian kinerja
pada dasarnya merupakan penilaian perilaku manusia dalam pelaksanaan peran yang
dimainkannya dalam mencapai tujuan organisasi, maka aspek perilaku dalam
penilaian kinerja menjadi dominan. Untuk menunjukan manfaat informasi akuntansi
pertanggungjawaban dalam penilaian kinerja , ukuran kerja berbagai tipe pusat
pertanggungjawaban dengan berbagai permasalahannya.
Karena organisasi pada dasarnya dijalankan
oleh manusia, maka peenilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas
perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan di dalam
organisasi. Oleh karena itu, jika informasi akuntansi di pakai sebagai salah
satu dasar penilaian kinerja, maka informasi akuntansi yang memenuhi kebutuhan
tersebut adalah informasi akuntansi manajemen yang di hubungkan dengan individu
yang memiliki peran tertentu dalam organisasi.
1.2 Manfaat dan Tujuan
a. Manfaat
Manfaat dari penulisaan makalah ini
adalah;
Menambah pengetahuan yang berkaitan
dengan hal- hal seperti;
-
Membantu manajer dalam mengambil keputusan yang
berkaitan dengan karyawan
-
Penyusunan program
b. Tujuan
Adapun tujuannya juga yaitu;
-
Menambah pengetahuan dalam ilmu akuntansi
-
Membuka wawasan tentang penggunaan informasi
akuntansi pertanggungjawaban dalaam penilaian kinerja manajer
-
Memberikan solusi dalam pemecahan masalah yang
di hadapi seorang manajer terhadap karyawaannya
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja adalah penentuan
secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi,
dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah di
terapkan sebelumnya.
Tujuan pokok penilaian
kinerja adalah untuk memotivasi karyawan
dalam mencapai sasran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah
ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakaan dan hasil yang diinginkan.
Standar perilaku dapat berupa kebijakan
manajemen atau rencana formal yang di tuangkan dalam anggaran. Penilaian
kinerja di lakukan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk
merangsang dan menegakkan perilaku yang
sestinya di inginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta
penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik.
2.2 Manfaat penilaian Kinerja
Penilaiaan kinerja di maanfaatkan oleh
manajemen untuk;
1.
Mengelolah operasi organisasi secara efektif dan
efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum.
2.
Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan
dengan karyawan , seperti; promosi, transfer, dan pemberhentian.
3.
Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan
pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi
program pelatihan karyawan.
4.
Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai
bagaimana mereka menilai kinerja mereka.
5.
Menyediakan suatu dasar bagi distribusi
penghargaan.
2.3 Tahap Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja dilaksanakan dalam
dua tahap utama yaitu; tahap persiapan dan tahap penilaian.
-Tahap persiapan terdiri dari
tiga tahap rinci yaitu;
1. Penentuan
daerah pertanggungjawaban dan manajer yang mempertanggung jawab.
2. Penentuan
kriteria yang di pakai untuk mengukur kinerja.
3. Pengukuran
kinerja yang sesungguhnya.
- Tahap penilaian terdiri dari tiga tahap
rinci yaitu;
1. Pembandingan kinerja sesungguhnya dengan
sasran yng telah di tetapkan
sebelumnya.
2. Penentuan penyebab timbulnya
penyimpangan kinerja sesungguhnya dari yang di tetapkan dalam standar.
3. Penegakkan perilaku yang diinginkan
dan tindakan yang di gunakan untuk mencegah perilaku yang tidak diinginkan.
a. Penentuan Daerah Pertanggungjawaban dan Manajer yang
Bertanggung jawab.
Penilaian kinerja harus di awali dengan
penetapan garis batas tanggung jawab yang jelas bagi manajer yang akan di nilai
kinerjanya. Batas tanggung jawab yang jelas ini di pakai dasar untu menetapkan
sasaran atau standar yang harus di capai oleh manajer yang akan di ukur
kinerjanya. Dengan batas tanggung jawab dan sasaran yang jelas sesorang akan
dengan mudah di nilai kinerjanya.
b. Kriteria Penetapan Tanggung
Jawab
Untuk memotivasi manajer secara
efektif, tanggung jawab yang di bebankan kepada manajer harus memenuhi kriteria
berikut ini;
1. Tanggung
jawab harus konsisten dengan wewenang yang di miliki oleh manajer atas
pendapatan dan biaya.
2. Batas
tanggung jawab harus teliti dan adil.
3. Untuk
mengembangkan pengendalian oprasional, daerah pertanggungjawaban yang di
bebankan kepada seorang manajer harus diukur efisiensi dan efektivitasnya dalam
pemenuhan tugas khusus tertentu.
4. Kriteria evaluasi kinerja yang di plih harus
sesuai dengan ruang lingkup tanggung jawab yang di bebankan kepada manajer.
c. Tipe Pusat Pertanggungjawaban
Pusat pertanggungjawaban suatu unit
organisasi yang di pimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab. Suatu
pusat pertanggungjawaban dapat di pandang sebagai suatu sistem yang mengelolah
masukan menjadi keluaran.
Gambar di bawah ini melukiskan
suatu pusat pertanggungjawaban sebagai suatu sistem.
Pusat Pertanggungjawaban
Masukan Keluaran
Masukan x Harga= Biaya
Keluaran x Harga =Pendapatan
Hampir semua masukan suatu pusat
pertanggungjawaban dapat di ukur secara kuntitatif, namun tidak semua keluaran
pusat pertanggungjawaban di ukur secara kuntitatif.
Ada empat kemungkinan hubungan
masukan dan keluaran pusat pertanggungjawaban;
1. Masukan
pusat pertanggungjawaban hubungan nyata (real) dengan keluaraannya.
2. Masukan
pusat pertanggungjawaban mempunyai hubungan artifisial atau semu dengan
keluarannya.
3. Masukan
pusat pertanggungjawaban mempunyai hubungan erat dengan keluarannya.
4. Masukan
pusat pertanggungjawaban mempunyai hubungan tidak erat dengan keluarannya.
Kombinasi hubungan masukan dan keluaran
sperti yang telah di uraikan mengakibatkan empat golongan pusat
pertanggungjawaban sebagai berikut;
1. Pusat
pertanggungjawaban yang sebagian besar biayanya merupakan biaya variabel teknik
(engineered variable costs). Masuka dan keluaran pusat pertanggungjawaban ini
mempunyai hubungan yang erat dan nyata.
2. Pusat
pertanggungjawaban yang sebagian besar biayanya merupakan biaya commited fixed
costs. Masukan dan keluaran mempunyai hubungan nyata dan tidak erat.
3. Pusat
pertanggungjawaban yang sebagian besar biayanya merupakan biaya discretionary
variable costs. Masukan dan keluaran pusat pertanggungjawaban ini mempunyai
hubungan artifisial dan erat.
4. Pusat
pertanggungjawaban yang sebagian besar biayanya merupakan discretionary fixed
costs. Masukan dan keluaran pusat pertanggungjwaban ini mempunyai hubungan
artifisial dan tidak erat.
d. Karakteristik Pusat
Pertanggungjawaban
Pusat biaya adalah pusat
pertanggungjwaban yang manajernya di ukur prestasinya atas dasar biaya (nilai
masukannya). Setiap pusat pertanggungjawaban mengkonsumsi masukan dan
menghasilkan keluaran.
Pusat pendapatan adalah pusat
pertanggungjawaban yang manjernya diberikan wewenang untuk mengendalikan
pendapatan pusat pertanggungjawaban tersebut.
Berdasarkan karakteristik hubungan antara
masukan dan keluarannya, pusat biaya di bagi lebih lanjut menjadi pusat biaya
teknik dan pusat biaya kebijakan. Pusat biaya teknik adalah pusat
pertanggungjawaban yang sebagian besar masukannya mempunyai hubungan yang nyata
dan erat dengan keluarannya. Sedangkan pusat biaya kebijakan adalah pusat
pertanggungjawaban yang sebagian besr masukannya tidak mempunyai hubungan
dengan keluarannya.
Pusat laba adalah pusat
pertanggungjawaban yang manajernya di beri wewenang untuk mengendalikan
pendapatan dan biaya pusat pertanggungjwaban tersebut. Oleh karena itu dalam
pusat laba baik masukan maupun keluarannya, di ukur dalam satuan rupiah untuk
menghitung laba, yang di pakai sebagai pengukur kinerja manajernya.
Pada kenyataannya, pusat laba
tidak di ukur kinerjanya dengan laba saja. Tanpa menghubungkan laba dengan
investasi yang di gunakan untuk menghasilkan laba, kinerja pusat laba tidak
akan tercermin dari ukuran kinerja tersebut. Oleh karena itu, pusat laba dan
pusat investasi pada dasarnya adalaah sama. Kedua tipe pusat pertanggungjawaban
tersebut di ukur kinerjanya dari kemampuannya dalam menghasilkan laba dari
investasi yang di tanamkan dalam pusatpertanggungjawaban tersebut.
Pusat investasi adalah pusat laba
yang manajernya di ukur prestasinya dengan menghubungkan laba yang di peroleh
pusat pertanggungjawaban tersebut dengan investasi yang bersangkutan. Ukuran
prestasi manajer pusat investasi dapat beruparatio antara laba dengan investasi
yang di gunakan untuk memperoleh laba tersebut. Ukuran ini di sebut dengan
kembalian investasi (return on investment), yang rumus hitungannya adalah;
LABA/investasi.
e. Penetapan Krtiteria Kinerja
bagi Setiap Pusat Pertanggungjawaban
Dalam menetapkan kriteria kinerja
manajer, berbagi faktor berikut ini harus di pertimbangkan sebelumnya, yakni;
1. Dapat
di ukur atau tidaknya kriteria.
2. Rentang
waktu dan sumber daya dan biaya.
3. Bobot
yang di perhitungkan atas kriteria.
4. Tipe
kriteria yang di gunakan dan aspek perilaku yang di timbulkan.
Laporan kinerja harus memenuhi
beberapa persyaratan berikut untuk menghasilkan perilaku yang fungsional;
1. Laporan
kinerja untuk manajer tingkat bawah harus berisi informasi yang rinci, dan
laporan kinerja untuk manajer tingkat di atasannya harus berisi informasi yang
lebih ringkas .
2. Laporan
kinerja harus berisi unsur terkendalikan dan tidak terkendalikan yang di
sajikan terpisah, sehingga manajer yang bertanggung jawab atas kinerja di
mintai pertanggungjawaban atas unusur yang terkendalikan olehnya.
3. Laporan
kinerja harus mencakup penyimpangan, baik menguntungkan maupun merugikan.
4. Laporan
kinerja sebaiknya di terbitkan paling
tidak sebulan sekali.
5. Laporan
kinerja harus di sesuaikan dengan kebuthan dan pengalaman pemakai.
6. Penyajian
laporan kinerja sebaiknya memperhatikan kemampuan penerima dalam memahami
laporan tersebut.
2.4 Ukuran Kinerja
Ada tiga macam ukuran kinerja yaitu;
a. Ukuran
kriteria tunggal (single criterion)
b. Ukuran
kriteria beragam (multiple criteria)
c. Ukuran
kriteria gabungan (composite criteria
2.5 Penilaian Kinerja Pusat
Pendapatan
Masalah akan timbul jika pusat pendapatan mentransfer
produk atau jasanya kepada pusat pertanggungjawaban lain dalam perusahaan.
Masalah yang timbul adaalah apakah pendapatan dari transfer produk atau jasa ke
pusat pertanggungjawaban lain dalam perusaahaan tersebut di perhitungkan sebagai
pendapatan pusat laba pada harga transfer berapa harga di perhitungkan sebagai
beban pusat pertanggungjawaban yang menerima transfer.
Untuk pengukuran kinerja pusat
pendapatan, seluruh pendapatan, baik yang berasal dari transaksi penjualan
produk atau jasa kepada pihak luar perusahaan maupun dari transfer produk atau
jasa kepada pihak luar perusahaan maupun dari transfer produk atau jasa kepada
pusat pertanggungjawaban lain dalam perusahaan, di pakai sebagai tolak ukur
kinerja manajer pusat pendapatan.
2.6 Penilaian Kinerja Pusat Biaya
Masalah yang timbul dalam penggunaan
biaya sebagai ukuran kinerja manajer pusat biaya adalah;
a. Masalah
perilaku biaya.
b. Masalah
hubungan biaya dengan pusat biaya.
c. Masalah
jangka waktu.
d. Masalah
tanggung jawab ganda.
2.7 Penilaian Kinerja Pusat Laba
~ Kembalian Investasi (Return on
Investment)
Kembalian investasi merupakan perbandingakan laba dengan
investasi yang di gunakan untuk menghasilkan laba.
Formula untuk menghitung
kembalian investasi sebagai berikut;
1. ROI = LABA / INVESTASI
2. ROI = PENDAPATAN / INVESTASI X LABA /PENDAPATAN
Dalam menggunakan kembalian investasi sebagai ukuran kinerja, di
perlukan kebijakan manajemen yang bersangkutan dengan;
1. Penentuan
komponen yang di gunakan untuk menghitung laba.
a.
Komponen pendapatan.
b.
Komponen biaya.
2. Penentuan
aktiva yang di perhitungkan ke dalam investment base.
3. Pengukuran
nilai aktiva, yang di perhitungkan ke dalam investment base.
Berikut ada beberapa uraian bagaimana memperhitungkan unsur aktiva ke
dalam investment base;
a. Kas
b. Piutang
c. Sediaan
d. Aktiva
tetap
Banyak masalah yang timbul dalam memperhitungkan aktiva tetap ke dalam
investment base.Masalah- masalah tersebut meliputi;
a. Nilai
yang di gunakan untuk memperhitungkan aktiva tetap ke dalam investment base.
b. Perlakuan
terhadap aktiva tetap yang di sewa guna usaha (leased assets).
c. Perlakuan
terhadap aktiva tetap yang menganggur (idle assets).
d. Perlakuan
terhadap aktiva tetap yang investasinya berasal dari utang jangka panjang.
~ Manfaat Kembalian Investasi
sebagai Pengukur Kinerja
1.
Kembalian investasi mendorong manajer pusat laba
menaruh perhatian yang seksama terhadap hubungan antara pendapatan, penjualan, biaya, dan investasi.
2.
Kembalian investasi mendorong manajer pusat laba
melaksanakan efisiensi biaya.
3.
Kembalian investasi mencegah manajer pusat laba
melakukan investasi yang berlebihan di dalam pusat laba yang di pimpinnya.
~ Kelemahan Kembalian Investasi
Sebagai Pengukur Kinerja
1. Kembalian
investasi tidak mendorong manajer pusat laba untuk melakukan investasi dalam
proyek yang akaan berakibat menurunkan kembalian investasi pusat laba, meskipun
proyek tersebut menaikkan profitabilitas perusahaan sebagai keselurahan.
2. Kembalian
investasi mengakibatkan manajer pusat laba memusatkan perhatiannya kepada
sasaran jangka pendek dengan mengorbankan sasran jangka panjang.
3. Kembalian
investasi sebagai pengukur kinerja pusat laba sangat di pengaruhi oleh metode
depresiasi aktiva tetap.
2.8 Produktivitas
Sebagai Pengukur Kinerja
a.
Defenisi Produktivitas
Produktivitas berhubungan dengan produksi keluaran secara efisien dan
terutama di tujukan kepada hubungan antara masukan dan keluaran yang di gunakan
untuk menghasilkan keluaran tersebut.
Pengukuran produktivitas di lakukan dengan mengukur
perubahan produktivitas sehinnga dapat di lakukan penilaian terhadap usaha
untuk memperbaiki produktivitas. Pengukuran produktivitas dapat bersifat
prospektif dan berfungsi sebagai masukan untuk pengambilan keputusan strategik.
b. Produktivitas
Parsial
c.
Pengukuran Perubahan Produktivitas dengan Ukuran
Produktivitas Parsial
~
Kelebihan Produktivitas Parsial
1. Memungkinkan
manajer untuk memusatkan usahanya terhadap penggunaan masukan tertentu saja.
2. Memudahkan
karyawan operasional menentukan kinerja produktivitasnya.
3.
Untuk kepentingan pengendalian
operasional,seringkali standar kinerja bersifat jangka pendek, yang di ukur
dengan membandingkan produktivitas parsial batch sekarang dengan batch
sebelumnya.
~
Kelemahan Produktivitas Parsial
1. Pengunaan
produktivitas parsial secara terpisah sebagai ukuran kinerja dapat menyesatkan.
d. Produktivitas
Total
Pengukuran produktivitas total dapat di lakukan dalam dua kondisi yaitu
tanpa adanya pertukaran produktivitas antarmasukan dan dengan memperhitungkan
adanya pertukaran produktivitas antarmasukan.
-
Perubahan produktivitas tanpa pertukaran
-
Ukuran produktivitas total dengan
mempertimbangkan pertukaran ( trade-off)
-
Perhitungan kuantitas masukan tahun kini jika
tdak ada perubahan produktivitas
-
Price-Recovery Compenent
2.9
Aspek Perilaku Dalam Penilaian Kinerja Dengan
Menggunakan Informasi Akuntansi
Kemungkinan orang memberikan
reaksi yang merugikan dengan di sajikannya data kinerja mereka dalam ukuran akuntansi.
Dengan alasannya yaitu;
1. Hubungan
antara struktur organisasi dengan struktur pelaporan keuangan
2. Tingkat
partisipasi dalam penetapan standar
3. Tingkat
pemahaman manajemen terhadap informasi akuntansi dan sistem akuntansi.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penilaian kinerja adalah penentuan secara
periodik efektivitas opersional suatu organisasi, bagian organisasi,dan
karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah di tentukan
sebelumnya. Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan
dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang
telah di tetapkan sebelumnya, agar dapat membuahkan tindakan dan hasil yang
diinginkan.
Penilaian kinerja bermanfaat
untuk mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui
pemotivasian karyawan secara maksimum, membantu pengambilan keputusan yang
bersangkutan dengan karyawan seperti; promosi, transfer, dan pemberhentian,
mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk
menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan,
menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai
bagaimana atasannya menilai kinerja mereka, menyediakan suatu dasar bagi
distribusi penghargaan.
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul” PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI
PERTANGGUNGJAWABAN DALAM PENILAIAN KINERJA MANAJER” dengan baik.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada ibu NURASMA SE,MM selaku dosen
mata kuliah AKUNTANSI MANAJEMEN yang senantiasa membimbing kami dalam proses penyelesaian makalah ini. Kami harap
dengan adanya pembuatan makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai
pembahasan yang yang kami sampaikan.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis
pada khususnya. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh
dari titik kesempurnaan, di karenakan kami juga masih dalam proses belajar,
untuk itu kami menerima segala kritik
dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan penyempurnaan selanjutnya.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih dan semoga bermanfaat.
Jakarta, Agustus 2014
Kelompok IX
MAKALAH PENGGUNAAN INFORMASI
AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN
DALAM PENILAIAN
KINERJA MANAJER
Nama- nama kelompok IX;
1. Sabina
G. Da’Costa
2. Yustina
A. Bani
3. Oktofianus
Nepsa
4. Opianus
A.Haumetan
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI GANESHA
TAHUN AJARAN 2013/2014